FIGUR WISUDAWAN TELADAN AKRB 2020

Sosok Wisudawan Teladan dalam Wisuda AKRB Periode XIV yang digelar tanggal 19 November 2020 di  Grand Dafam Hotel Yogyakarta, bernama Aris Juflizal, A.Md.I.Kom. Pria berparas timur tengah, dengan postur tinggi, berkulit putih dan berkacamata ini merupakan sosok aktivis dan pekerja keras. Aris panggilannya, atau Bang Ewok panggilan akrabnya di Kampus Akademi Komunikasi Radya Binatama (AKRB), lahir di tahun 1995, dari ibu bersuku Minang, dan Ayah bersuku Jawa-Madura-Arab.

Dengan berbagai aktivitas, kejuaraan yang diraih, organisasi yang di ikuti serta nilai akademis yang bagus dengan IPK 3,75 membawa Aris terpilih menjadi Wisudawan Teladan tahun 2020. Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) periode tahun 2019 ini menyampaikan prinsipnya  bahwa “berorgasisasi merupakan kegiatan yang saya sukai, karena dengan berorganisasi kita bisa berkumpul, bertukar pikiran, dan mengasah kemampuan mengejar target capaian dari organisasi. Organisasi tempat melatih diri kita untuk bertanggung jawab. Hal yang sangat penting dalam kehidupan apalagi sebagai laki laki”.

Selain berorganisasi sebagai Ketua BEM dan anggota UKM, pria yang fasih 3 (tiga) bahasa yaitu Bahasa Indonesia, Inggris dan Turki ini terlibat aktif sebagai peserta Lomba National University Debating Championship (NUDC) selama 2 (dua) kali periode dan membawa Tim AKRB pada posisi Quarterfinallis, serta Aris didaulat untuk berpidato di forum NUDC mewakili peserta dari perguruan tinggi lain.

Mempunyai  karakter pekerja keras dan aktif itulah, selama kuliah Aris juga sudah bekerja  lepas atau freelance. Project yang dihasilkan selama kuliah yaitu  Video SIRESIK (Sistem Perencanaan Fisik) UGM dan 2 kali Video Iklan Layanan Masyarakat (ILM ) POLDA DIY serta sempat bekerja di WaiWaiStudio sebagai Video Editor.

 “Selama kuliah di AKRB saya menyadari banyak hal dalam diri saya,  saya suka di bidang editing video, saya juga memiliki kesenangan untuk belajar, dan berbicara didepan umum. Dengan dibimbing dosen-dosen yang ramah dan dekat dengan mahasiswa, saya juga dapat belajar banyak pelajaran diluar perkuliahan yang membuat saya bisa memantapkan rencana masa depan saya, hal ini pula yang membuat saya ingin menjadi tenaga pengajar,” papar Aris yang selepas diwisuda ini akan melanjutkan pendidikan di jenjang S1.

Mempunyai motto hidup “It is not about me who make it better, but it is about me who are useful so it gets better” (Bukan saya yangg membuat lebih baik tapi karena kebermanfaatan saya sehingga menjadikannya lebih baik) semakin menguatkan kemantapan Aris untuk bermanfaat terhadap ilmu dan orang lain dengan cita-citanya sebagai dosen.